Pages

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 18 Januari 2014

ADAB BERTAMU



ADAB BERTAMU
 
Siapapun kita, tentu pernah bersilaturrahmi ke rumah teman, walau sekadar bercakap-cakap atau karena ada kepentingan bisnis.Sebab manusia selalu membutuhkan orang lain, siapapun dia tua-muda, pria maupun wanita. Islam sebagai agama yang sempurna tidak membiarkan masalah ini begitu saja, namun Islam mengajarkan adab-adab
bertamu, sehingga tujuan bersilaturrahmi bisa terlaksana dengan baik.
Pengertian Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan bertamu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaraan. Islam telah
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.  
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah SWT berfirman:
   
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’.(Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS An Nur : 58)
     
Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana (karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya. Berikut adalah beberapa adab bertamu yang diajarkan agama Islam yang mulia ini.
Adab Bertamu     :
1.      Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman :

Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS Al Isra : 7)


 2.  Mengucapkan Salam
Ucapkanlah salam dengan suara yang sekiranya didengar tuan rumah, tidak terlalu pelan dan tidak pula terlalu keras. Dengan salam berarti sang tamu berdo'a semoga tuan rumah memperoleh keberkahan dan keselamatan. Demikianlah perintah Allah dalam Alquran. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya." (QS.An-Nur ayat 27). Dalam riwayat Turmudzi dikisahkan bahwa  Kaldah bin Hanbal disuruh Shafwan bin Umaiyah  untuk mengantarkan susu dan makanan kepada  Rasulullah yang sedang berada di atas lembah Kaldah langsung menemui Rasulullah tanpa mengucapkan salam dan tidak minta izin. Rasulullah lalu menyuruhnya keluar kembali dan mengucapkan, Assalamualaikum, apakah aku boleh masuk ?"  Inilah ajaran Rasulullah yang seharusnya dilakukan setiap muslim.
3.   Mengucapkan Salam Tiga Kali
Bila salam belum terdengar ulangi kembali hingga tiga kali. Tentunya, dengan rentang waktu yang tidak terlalu rapat. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Abu Musa al-Asyari  menemui Umar bin Khathab, lalu ia berkata: "Assalaamu alaikum, ini Abdullah bin Qais. Namun, Umar tidak mengizinkannya masuk. Lalu Abu Musa al-Asyari mengucapkan salam kembali seraya mengatakan ini Abu Musa, lalu ia mengucapkan salam (ketiga kalinya) sambil mengatakan ini Al-Asyari kemudian ia pun pulang. Abu Musa berkata: "Jawablah salamku, jawablah salamku." Tak lama setelah itu, datanglah Umar bin Khathab: "Wahai Abu Musa, kami tidak menjawab salammu karena kami sedang sibuk." Abu Musa berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Minta idzin itu hanya tiga kali, bila diizinkan (silahkan masuk) dan bila tidak diizinkan pulanglah kembali." (HR Muslim).
4.    Meminta Izin Masuk
Langsung masuk ke rumah orang lain tanpa izin bukanlah kebiasaan terpuji. Sebaliknya  kebiasaan yang terlarang dalam Islam. Meskipun  hal ini sering kita jumpai di masyarakat bukan berarti kebiasaan itu diperbolehkan sebab tidak  semua kebiasaan itu dibenarkan agama dan etika. Barangkali saat itu tuan rumah sedang beristirahat, atau tidak mau diganggu atau mungkin berpakaian yang tidak layak dilihat orang lain. Dengan minta  izin berarti sang tamu memberi kesempatan tuan rumah berbenah diri lalu menyambutnya. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)
Diriwayatkan bahwa:

اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى النَّبِيِّ ص م وَ هُوَ فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص م لِجَادِمِهِ : اُخْرُجْ اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ لَهُ : قُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ فَقُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ دَخَلَ (رواه ابو داود)

Artinya:”Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan kepadanya agar ia mengucapkan  “Assalmualikum, bolehkah aku masuk” lelaki itu mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alaikum, bolehkah aku masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)
5.    Membelakangi Pintu
Janganlah berdiri menghadap ke dalam rumah melalui pintu yang terbuka atau mengintip dari balik jendela, ketika anda mengetuk pintu atau mengucapkan  salam.  Tapi,  berdirilah membelakangi pintu. Hal ini untuk lebih menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Saad berkata: "Seseorang  berdiri di depan pintu Rasulullah sambil menghadap ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasutullah berkata: ‘Seharusnya kamu begini atau begitu, sesungguhnya disunahkannya minta izin hanyalah untuk menjaga pandangan.’” (HR Abu Dawud.)
6.      Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasullulah SAW  dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)
7.      Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya, saya...!” seakan-akan beliau marah.” (HR Bukhari)  
Kata “Saya” belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya.

8.      Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama halnya mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar saja.

9.      Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.
 10.          Bertamu Tidak Lebih dan Tiga Hari
Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaiknya tidak melebihi tiga hari. cukuplah kiranya tiga han untuk melayani sang tamu. Janganlah menunggu hingga diusir tuan rumah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memu­liakan tamunya.” Kewajiban menenima tamu selama tiga hari bila lebih dan itu maka ini adalah shadaqah.(HR Bukhari Muslim).
 11.    Kembali Pulang bila Tuan Rumah Tidak Mengizinkan Masuk
Tak jarang tenjadi tuan rumah tidak suka diganggu dan tidak mau menenima tamu. Karena itu, pilihlah waktu yang tepat untuk bertamu. Dan bila anda mengalami ha! mi, pulangtah dan jangan memaksakan din untuk menemuinya. Sebab sean­dainya bisa bertemu pun suasana nya tentu tidak kondusif dan mungkin serba canggung dan kaku. Allah berfirman: “Dan jika dikatakan kepadamu.‘Kembali (saja) lah. ‘Maka hendaklah k.amu kembali.” (QS. An-Nur ayat 28).”
 12.    Tidak Memandang Sekeliling Ruangan Penuh Selidik.
Bila telah diizinkan masuk, jagalah mata dan hal-hal yang tidak boleh dilihat. Jangan biarkan mengikuti nafsu penasaran yang serba ingan tahu dan menyelidiki sekitan. lnilah alasan mengapa disyariatkan minta izin. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya disyanatkan minta izin tidak lain untuk menjaga pandangan.” (HR Turmudzi)
 13.     Bersikap Tawadlu dalam Majlis Tuan Rumah
Hal ini, sudah menjadi hal biasa, bahwa siapa­pun yang menjadi tuan rumah tentu ia tidak ingin melihat tamunya berlaku tidak sopan. Misalnya dengan mencari-cari majalah untuk dibaca tanpa izin. Demikianlah adab-adab dalam bertamu Dengan memperhatkan adab-adab tersebut. sebuah kunjungan tidak saja sesuai syani’at Islam, tapi juga bisa menjadi ajang silaturahmi yang mudah-mudahan mendatangkan berkah.’
14.   Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah telah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.

Hikmah dan Tujuan Bertamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

shio

Start Shareaholic Sassy Bookmarks HTML - http://beautifulbloggerwidgets.blogspot.com -->

Add Shareaholic Sassy Bookmarks To Blogger by Beautiful Blogger Widgets

calendar