ADAB BERTAMU
Siapapun kita, tentu pernah bersilaturrahmi ke rumah
teman, walau sekadar bercakap-cakap atau karena ada kepentingan bisnis.Sebab
manusia selalu membutuhkan orang lain, siapapun dia tua-muda, pria maupun
wanita. Islam sebagai agama yang sempurna tidak membiarkan masalah ini begitu
saja, namun Islam mengajarkan adab-adab
bertamu, sehingga tujuan bersilaturrahmi bisa terlaksana dengan baik.
bertamu, sehingga tujuan bersilaturrahmi bisa terlaksana dengan baik.
Pengertian Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk
menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi
kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap
dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar
maka tujuan bertamu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan
persaudaraan. Islam telah
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat
ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah SWT berfirman:
Artinya:
“hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita)
yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin
kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika
kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang
Isya’.(Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula)
atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu
(ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS An
Nur : 58)
Ketiga
waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang
sederhana (karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka.
Apabila budak dan anak-anak kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk
ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada
waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang
hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima
kedatangan tamunya. Berikut adalah
beberapa adab bertamu yang diajarkan agama Islam yang mulia ini.
Adab Bertamu :
1. Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang
pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian
rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya.
Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS
Al Isra : 7)
2. Mengucapkan Salam
Ucapkanlah salam dengan suara yang sekiranya didengar
tuan rumah, tidak terlalu pelan dan tidak pula terlalu keras. Dengan salam
berarti sang tamu berdo'a semoga tuan rumah memperoleh keberkahan dan
keselamatan. Demikianlah perintah Allah dalam Alquran. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya." (QS.An-Nur ayat 27).
Dalam riwayat
Turmudzi dikisahkan bahwa Kaldah bin
Hanbal disuruh Shafwan bin Umaiyah untuk
mengantarkan susu dan makanan kepada
Rasulullah yang sedang berada di atas lembah Kaldah langsung menemui
Rasulullah tanpa mengucapkan salam dan tidak minta izin. Rasulullah lalu
menyuruhnya keluar kembali dan mengucapkan, Assalamualaikum, apakah aku boleh
masuk ?" Inilah ajaran Rasulullah
yang seharusnya dilakukan setiap muslim.
3. Mengucapkan Salam Tiga Kali
Bila salam belum terdengar ulangi kembali hingga tiga
kali. Tentunya, dengan rentang waktu yang tidak terlalu rapat. Imam Muslim
meriwayatkan bahwa Abu Musa al-Asyari
menemui Umar bin Khathab, lalu ia berkata: "Assalaamu alaikum, ini
Abdullah bin Qais. Namun, Umar tidak mengizinkannya masuk. Lalu Abu Musa
al-Asyari mengucapkan salam kembali seraya mengatakan ini Abu Musa, lalu ia
mengucapkan salam (ketiga kalinya) sambil mengatakan ini Al-Asyari kemudian ia
pun pulang. Abu Musa berkata: "Jawablah salamku, jawablah salamku."
Tak lama setelah itu, datanglah Umar bin Khathab: "Wahai Abu Musa, kami
tidak menjawab salammu karena kami sedang sibuk." Abu Musa berkata:
"Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Minta idzin itu hanya tiga
kali, bila diizinkan (silahkan masuk) dan bila tidak diizinkan pulanglah
kembali." (HR Muslim).
4. Meminta Izin
Masuk
Langsung masuk ke rumah orang lain tanpa izin bukanlah
kebiasaan terpuji. Sebaliknya kebiasaan yang terlarang dalam Islam. Meskipun hal ini sering kita jumpai di masyarakat bukan berarti kebiasaan itu diperbolehkan sebab
tidak semua kebiasaan itu dibenarkan
agama dan etika. Barangkali saat itu tuan rumah sedang beristirahat, atau tidak
mau diganggu atau mungkin berpakaian yang tidak layak dilihat orang lain.
Dengan minta izin berarti sang tamu
memberi kesempatan tuan rumah berbenah diri lalu menyambutnya. “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat.”
(QS An Nur : 27)
Diriwayatkan
bahwa:
اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى
النَّبِيِّ ص م وَ هُوَ فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص م
لِجَادِمِهِ : اُخْرُجْ اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ لَهُ :
قُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ فَقُلْ
“السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ دَخَلَ (رواه
ابو داود)
Artinya:”Bahwasanya
seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada
di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada
pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalmualikum, bolehkah aku masuk” lelaki
itu mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alaikum,
bolehkah aku masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR
Abu Daud)
5. Membelakangi
Pintu
Janganlah berdiri menghadap ke dalam rumah melalui pintu
yang terbuka atau mengintip dari balik jendela, ketika anda mengetuk pintu atau
mengucapkan salam. Tapi,
berdirilah membelakangi pintu. Hal ini untuk lebih menjaga pandangan
dari hal-hal yang tidak diinginkan. Saad berkata: "Seseorang berdiri di depan pintu Rasulullah sambil
menghadap ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasutullah berkata:
‘Seharusnya kamu begini atau begitu, sesungguhnya disunahkannya minta izin
hanyalah untuk menjaga pandangan.’” (HR Abu Dawud.)
6. Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin
Saad ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah
Rasullulah SAW dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka
Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok
matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena
untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)
7. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum
kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu
pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir
ra la berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu
rumah beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau
bersabda: “Saya, saya...!” seakan-akan beliau marah.” (HR Bukhari)
Kata “Saya” belum memberi kejelasan.
Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama dirinya secara jelas sehingga
tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya.
8. Tamu lelaki dilarang
masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di
rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan
tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama halnya
mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui
diluar saja.
9. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk
masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah
disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara
bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat
menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari
kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya),
lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya.
10. Bertamu Tidak
Lebih dan Tiga Hari
Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaiknya tidak
melebihi tiga hari. cukuplah kiranya tiga han untuk melayani sang tamu.
Janganlah menunggu hingga diusir tuan rumah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tamunya.” Kewajiban menenima tamu selama tiga hari
bila lebih dan itu maka ini adalah shadaqah.” (HR Bukhari Muslim).
11. Kembali Pulang bila Tuan Rumah Tidak Mengizinkan
Masuk
Tak jarang tenjadi tuan rumah tidak suka diganggu dan
tidak mau menenima tamu. Karena itu, pilihlah waktu yang tepat untuk bertamu.
Dan bila anda mengalami ha! mi, pulangtah dan jangan memaksakan din untuk
menemuinya. Sebab seandainya bisa bertemu pun suasana nya tentu tidak kondusif
dan mungkin serba canggung dan kaku. Allah berfirman: “Dan jika dikatakan
kepadamu.‘Kembali (saja) lah. ‘Maka hendaklah k.amu kembali.” (QS. An-Nur ayat 28).”
12. Tidak Memandang Sekeliling Ruangan
Penuh Selidik.
Bila
telah diizinkan masuk, jagalah mata dan hal-hal yang tidak boleh dilihat.
Jangan biarkan mengikuti nafsu penasaran yang serba ingan tahu dan menyelidiki
sekitan. lnilah alasan mengapa disyariatkan minta izin.
Rasulullah bersabda,
‘Sesungguhnya disyanatkan minta izin tidak lain untuk menjaga
pandangan.” (HR Turmudzi)
13. Bersikap Tawadlu dalam Majlis Tuan
Rumah
Hal ini, sudah menjadi hal biasa, bahwa siapapun yang menjadi tuan rumah
tentu ia tidak ingin melihat tamunya berlaku tidak sopan. Misalnya dengan
mencari-cari majalah untuk dibaca tanpa izin. Demikianlah adab-adab dalam
bertamu Dengan memperhatkan adab-adab tersebut. sebuah kunjungan tidak saja
sesuai syani’at Islam, tapi juga bisa menjadi ajang silaturahmi yang
mudah-mudahan mendatangkan berkah.’
14. Segeralah
pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan
untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan
harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan
berkunjung. Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya,
terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang
waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah
telah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan
rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah
menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai
membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar
pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika
tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
Hikmah
dan Tujuan Bertamu
Hikmah
dan Tujuan Bertamu yaitu mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan
antar sesama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar